Seperti burung. Alangkah senangnya, terbang bebas lepas tanpa ada yang mengikat. Kita agaknya tidak mendengar keluhan burung itu. Apa dia hanya berkicau riang. Apakah dia mengeluh, dan apa yang dikeluhkannya? Kalau burung sudah kelelahan terbang, kepanasan, kehujanan, akhirnya dia mengeluh, merindukan sebuah sarang di mana dia dapat beristirahat dengan tenang dan aman.
Memang selama manusia belum dapat bebas dalam arti yang sebenarnya, dia akan selalu merindukan sesuatu yang tidak atau belum ada. Tidak hairan apabila manusia yang tinggal di tepi laut merindukan keindahan alam pergunungan, sebaliknya mereka yang tinggal di lereng gunung merindukan keindahan pantai lautan. Manusia yang belum bebas selalu menganggap keadaan orang lain lebih menyenangkan daripada keadaan diri sendiri, milik orang lain lebih menarik daripada miliknya sendiri, dan selanjutnya. Pendeknya, yang terbaik dan terindah itu selalu berada di SANA, sedangkan yang berada di SINI selalu membosankan, buruk dan tidak seindah yang di sana. Hanya kalau orang sudah benar-benar bebas daripada permainan fikiran yang mengejar kesenangan, kalau sudah bebas dari bayanganbayangan kesenangan masa lalu yang menjadi kenangan, bebas dari penilaian, bebas dari perbandingan, dia dapat membuka mata dan memandang dengan wajar, memandang dengan waspada dan dengan penuh perhatian, sepenuh perhatiannya, kepada apa adanya di saat ini. Kalau sudah dapat memandang seperti itu, setiap saat terhadap apa yang ada, tanpa dikotori perbandingan dan penilaian, batin tidak lagi digoda oleh bayangan-bayangan yang hanya men-datangkan pengejaran kesenangan dan akhirnya menuntun kita kepada kebosanan, kekecewaan dan kesengsaraan.
Hanya kalau mata kita terbuka dan mengamati apa adanya setiap saat, akan nampaklah segala yang ada pada apa adanya itu. Apabila dalam penglihatan hasil pengamatan ini masih ada ini baik dan 'menyenangkan', 'Itu buruk dan tidak menyenangkan', pengamatan itu pun akan menjadi kotor dan ternoda kerana yang berkata baik atau buruk, itu bukan lain adalah fikiran yang selalu menjangkau kesenangan. Dapatkah kita mengamati segala sesuatu yang terjadi, baik di luar maupun di dalam diri, mengamati segala macam benda di luar kita dan segala macam gerak-geri tubuh kita, kata-kata kita, fikiran kita, tanpa penilaian, tanpa perbandingan dan hanya pengamatan saja yang ada, tanpa adanya si aku atau fikiran yang mengamati? Pengamatan seperti ini bebas dari baik buruk atau susah senang, pengamatan seperti ini melahirkan tindakan-tindakan wajar yang tidak dipengaruhi untung rugi. Pengamatan seperti ini adalah bebas, dan hanya dalam kebebasan inilah cinta kasih dapat menembuskan sinarnya.
Kho Ping Khoo